Ada yang mengatakan, si perempuan nenek-enek tidak tahu diri. Ada juga yang berpendapat si perjaka memang apes, dsb. Sampai akhirnya jemaat memberanikan diri meminta pendapat Pendeta tentang kejadian tersebut.
“Pak Pendeta, mengapa hal seperti ini bisa terjadi. Bukankah Pak Pendeta sudah memberkati pernikahan mereka?”
“Benar, saya sudah memberkati. Tetapi itu salah si pemuda perjaka yang menjadi suaminya. Ia tidak melihat tanggal kadaluwarsanya. Sudah tahu susu basi masih diminum. Kalau mati, ya salahnya sendiri.”
Jemaat, “Haaahhhh…….”
Pelajaran Rohani:
Sangat penting memilih pasangan yang sepadan/seimbang dari segala segi. Lebih baik tidak menikah, daripada menikah dengan orang yang salah. Ingat! Dalam hidup ini paling sedikit manusia harus mengambil dua keputusan terpenting dalam hidupnya.
Pertama, menerima atau menolak Tuhan Yesus. Ini keputusan yang maha penting dan menjadi dasar semua keputusan hidup yang akan kita ambil. Dan dampak keputusan ini adalah sampai kepada kekekalan
Ke dua, menikah atau membujang. Ini menentukan nasib kebahagiaan kita selama di dunia. Jika keputusan pernikahan Anda penuh pertimbangan dan tuntunan Firman Tuhan. Itu berarti Anda mendapatkan surga dunia.
Tetapi bukan berarti hidup membujang tidak bahagia. Siapapun Anda jika Anda hidup di dalam Tuhan Yesus, Anda berhak menikmati kehidupan yang bahagia dan penuh makna.
Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? (2Korintus 6:14)