Tetapi Minggu itu Pendeta Lukas terkejut dan heran ketika menghitung uang persembahan. Ada uang satu lembar limapuluh ribu rupiah.
Aneh, hati Pendeta Lukas sedikit gelisah. Ia lalu berpikir, jangan-jangan ada jemaat yang salah mengambil uang. Dan Pendeta Lukas segera keliling mengunjungi jemaatnya untuk mencari tahu, kira-kira siapa yang salah mengambil uang persembahan.
Beberapa rumah telah ia kunjungi, dan ia tidak menemukan tanda-tanda atau kejanggalan. Tetapi ketika ia hendak bertamu di rumah Bu Nafsir, terdengar suara seorang wanita sedang terisak-isak. Pendeta Lukas menebak kemungkinan Ibu ini yang salah mengambil uang.
Pendeta Lukas masuk rumah Bu Nafsir dan menyapa, “Ada apa, Bu? Kok tampaknya sedih? Apa ada yang salah dengan kebaktian tadi? Pulang kebaktian kok tampaknya Ibu sedih…”
Bu Nafsir mengusap air mata sambil tersipu malu dan berkata:”Tidak ada apa-apa kok Pak Pendeta.”
“Betul, tidak ada apa-apa.”
Sebenarnya jika Ibu Nafsir mau menceritakan kejadian yang sesungguhnya, Pak Pendeta Lukas akan mengembalikan uang lima puluh ribu yang masuk ke kantong persembahan. Tetapi Bu Nafsir tidak mau menceritakan keadaan yang sebenarnya, Pak Pendeta Lukas takut Bu Nafsir tersinggung jika uang tersebut dikembalikan.
Besok Minggunya Bu Nafsir bersaksi di depan jemaat. Dia menceritakan kalau salah mengambil uang persembahan. Tetapi keesokan harinya, yaitu hari Senin, Bu Nafsir menerima wesel pos dari anaknya sejumlah lima ratus ribu rupiah. Lalu dia menekankan kepada jemaat,”Keliru mengambil uang persembahan saja, Tuhan kembalikan berlipat ganda. Apalagi kalau benar-benar memberi yang terbaik, Tuhan pasti memberkati dengan limpah.
Pelajaran Rohani:
Milikilah nyali untuk menikmati indahnya petualangan dalam hal memberi. Jadikanlah suka memberi, menjadi karakter Kristen Anda.
Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri, tetapi orang yang kejam menyiksa badannya sendiri.(Amsal 11:17)
